Selasa, 06 Mei 2014

Mantan(ku) Sahabat(ku) [part three]

“Hen, kayanya kita udah ga cocok lagi deh..” cetus Alula tiba-tiba 
“ngomong apaan sih kamu la? Gasuka ah aku ngomongnya kaya gitu” jawab Hendi tegas 

Kejadian ini sudah lebih dari 4 kali terjadi diantara keduanya. Alula sudah sangat sering meminta Hendi untuk menyudahi hubungannya dengan berbagai macam alasan. Namun Hendi terus menerus menolak dengan dalih Ia sangat menyayangi Alula. Alula yang memang masih menyimpan perasaan untuk Hendi merasa iba dan lagi-lagi luluh. 

Memasuki bulan keenam, hubungan keduanya memang sudah tak lagi harmonis. Alula semakin sibuk dengan kesibukan kampusnya, begitu juga Hendi yang semakin sibuk dengan basketnya. Maklum saja, Hendi baru diangkat menjadi kapten basket dikampusnya. Namun bukan hanya itu saja yang dipermasalahkan Alula sehingga ia terus-menerus meminta Hendi untuk meninggalkannya. Banyak hal yang mulai Alula sadari bahwa Ia dan Hendi belum benar-benar bisa menyayangi satu sama lain.  

Alasan pertama.. 
“Hen, Leo ngehubungin aku lagi..” cetus Alula 
“ngehubungin apa lagi dia?” 
“nih... *kirim copy chat Alula dan Leo* intinya dia minta aku buat cepet pulang Hen, trus mau ngajak aku jalan gitu.”
“oalah yaudah..” jawab Hendi santai

Respon datar Hendi ini bukan untuk yang pertama kalinya. Alula tidak pernah curiga akan respon datar ini. Alula berpikir bahwa memang Hendi sudah mempercayai Alula sepenuhnya. Lagipula, Hendi memang bukan tipe yang terbuka jika Ia sedang cemburu, pikir Alula. 

“kamu kalo ada mantan atau mantan gebetan yang hubungin juga kasih tau aku dong. Kita kan udah janji saling terbuka satu sama lain. Masa cuma aku doang yang terbuka.” Celoteh Alula dengan nada manjanya.
“iya sayang kalo ada yang hubungin nanti aku kasih tau, tapi ini ga ada kok..” jawab Hendi.

Dan lagi-lagi Alula percaya, tidak pernah terbersit perasaan aneh sama sekali terhadap sikap Hendi yang sangat santai tersebut. Namun saat Hendi mendatangi Alula ke kota perantauannya, Alula terkejut. Alula kaget melihat isi handphone Hendi. Ternyata Hendi pernah berhubungan dengan mantannya (Bita), juga mantan gebetannya (Melia). Saat dikonfirmasi, Hendi punya alasannya sendiri. 

“waktu itu kamu tuh lagi mau ujian, jadinya aku ga ngomong.” Jawab Hendi santai 
“trus kalo chat Melia yang ini? Kenapa ga ngomong?” tanya Alula dengan nada tinggi
“itu tuh...... aku lupa bilang..”  

Alasan kedua... 
“kapan-kapan aku mau ikut liat kamu basket dong..” pinta Alula ke Hendi 
“jangan ah aku malu..” jawab Hendi 

Jawaban yang selalu terlontar dari mulut Hendi itu tidak pernah membuat Alula merasa geram atau apapun. Alula berpikir, mungkin kalo di Jakarta nanti bakal diajak. Tapi ternyata tidak. Saat Alula di Jakarta Hendi tidak pernah mengajak Alula untuk melihatnya basket. Bahkan Hendi tidak pernah sekalipun mengenalkan Alula ke teman-teman barunya di kampus. 

Pada awalnya Alula tidak pernah sama sekali merasa keberatan, namun seiring berjalannya waktu, Alula sadar bahwa hal-hal sepele tersebut sebetulnya sudah menunjukan bahwa Hendi tidak menyayangi Alula sepenuhnya. Pada waktu dengan Melia, Hendi bahkan mengajak Melia datang ke acara kampus Hendi dan mengenalkan Melia ke teman-teman Hendi. Tapi Alula? Tidak pernah sedikitpun Hendi pernah membahas teman-temannya, apalagi teman-teman perempuannya. 

Sebagai orang yang terdekat dengan Hendi, jauh didalam lubuk hati Alula, Alula ingin sekali mengenal teman-teman Hendi, setidaknya agar tidak terjadi salah paham juga kalau nanti suatu saat ada sesuatu yang mencurigakan. Namun Alula tidak pernah membahasnya, meminta untuk dikenalkan pun juga tidak pernah. Alula hanya memberi kode pada Hendi untuk diajak menonton basket. Tapi lagi dan lagi, Hendi selalu menolak. Dari situ Alula berpikir, mungkinkah Hendi malu memiliki kekasih seperti Alula? Yang secara fisik memang tidak secantik Melia..  

Alasan ketiga...  
Effortless
Alasan yang satu ini memang diketahui Alula terlambat. Namun cukup menyakitkan juga saat mengetahuinya. Mendengar cerita dari sahabat-sahabatnya, Alula cukup kaget sekaligus kecewa terhadap sikap Hendi. Sahabat Alula bilang bahwa Hendi benar-benar tidak ada usahanya saat Alula ulang tahun. Jika bukan karena paksaan sahabatnya, mungkin saja Hendi tidak akan datang memberikan surprise ke kediaman Alula dengan alasan sedang sibuk basket. 

“lo udah dapet kado dari Hendi?” tanya Filza, sahabat Alula 
“belom, kayanya emang ga beli deh dia” 
“ih beli kok la, dia bilang sama gue sama Cristian, katanya beliin lo dompet” 
“kemaren gue udh becandain sih, tapi katanya ntar aja. Tapi sampe sekarang gadikasih juga za, mungkin belom beli, baru rencana beli.” 
“lah kok gitu waktu itu udah bawa loh padahal..”
 ----------------------------------------------------------------------------------------------

Satu minggu setelah ulang tahun Alula. Bertempat di kediaman Hendi. 

“Hen, kata Cristian kamu beliin aku kado?” tanya Alula penasaran 
“iya ada di depok” 
“ih kok ga dikasihin ke aku aja?” 
“nanti aja kapan-kapan ya aku males ngambil ke depoknya” 
“kamu jangan kaya Oki (mantan Alula) dong, dia udah beliin aku kado, eh ga dikasih-kasih sampe akhirnya aku putus. Begitu putus dia kasih kado itu ke cewe barunya. Kamu mau kaya dia ya?” tanya Alula serius 
“hahahaha iya mungkin ya..” jawab Hendi santai, dan menyebalkan.
----------------------------------------------------------------------------------------------
 
Alasan keempat... 
Hendi bukanlah tipe orang yang bisa lepas dari chatting. Alula yang memang sudah sangat sering nyuekin Hendi sangat tahu itu. Jika Alula tidak membalas chatnya lebih dari 4 jam saja, Hendi pasti sudah heboh kesana kemari untuk menghubungi Alula. Namun kali ini berbeda.. 

“Din, kok tumben ya Hendi betah ga ngehubungin gue?” tanya Alula tiba-tiba ke sahabatnya, Dini. 

Alula yang sedang berlibur dengan teman-temannya saat itu mulai merasakan perubahan yang signifikan dari sikap Hendi. Alula sadar, ia memang sering meninggalkan Hendi tanpa kabar yang jelas, namun Hendi juga selalu sabar dan tidak pernah gentar untuk terus menghubungi Alula. Tapi kali ini sungguh berbeda, seharian Alula tidak ada kabar, Hendi pun juga tidak memberi kabar. Namun lagi-lagi Alula tidak terlalu mempermasalahkannya, toh pada saat itu Alula sedang bahagia-bahagianya berlibur dengan teman-temannya di Pulau Dewata. 

Malamnya, entah mengapa Alula seperti dituntun untuk iseng membuka salah satu akun twitter teman kampus Hendi yang bernama Mita. Betapa terkejutnya Alula saat ia membaca bahwa ada tulisan yang mengatakan, 

“siapa yang terakhir ada di chat list kamu? – Mita menjawab Hendi.” 

Alula berpikir,pantas saja Hendi betah Alula tidak mengabari dia. 

 Pada saat yang bersamaan, tepatnya pukul 01:00 WITA, sahabat Alula –Cristian– menelepon. 

“La, lagi ngapain lo? Gue bosen nih” 
“ga lagi ngapa-ngapain baru mau tidur nih gue.”
“eh di bali gimana? Enak?” 
“enak cris, lo lg dimana?”
“dirumah, eh iya lo gimana sama Hendi? Baik-baik aja kan?”
“baik kok.. tapi gatau nih gue lagi jarang banget komunikasi-an sama Hendi.”
“loh kenapa?”
“awalnya emang sama-sama sibuk. Terus pas lagi liburan ini juga gue kan ga selalu pegang hp, dia juga bilang katanya gamau ganggu liburan gue dulu, tapi kok gue heran ya tumben banget deh cris dia betah ga ngehubungin gue. Dia kan bukan tipe orang yang betah sendirian ga chattingan.”
“hah? Masa iya ga hubungin lo sama sekali?”
“gitu deh.. gue curiga dia punya temen chat baru deh cris.”
“siapa?”
“gue juga gatau siapa, Cuma feeling aja. Tapi masa tadi gue iseng buka socmed temen kampusnya dia, masa ada tulisan dia abis chattingan sama hafizh. Lo buka deh ask.fm *piip*..”

Semenjak perbincangan tersebut, Alula tidak menyangka bahwa Cristian akan langsung menelepon Hendi dan menanyakan kebeneran beritanya. Cristian bilang bahwa Hendi berdalih hanya bbm Mita untuk saling transfer lagu saja. 

Alula lagi-lagi terdiam. Alula bingung dan merasa tidak enak dengan Hendi, Alula takut bahwa Hendi akan mengira ia terlalu posesif dan cemburuan. Padahal pada saat itu Alula hanya menerka-nerka saja, tidak punya pikiran kesana. Toh lagipula posisinya Mita juga punya pacar, pikir Alula. Namun seiring berjalannya waktu, Alula menyadari bahwa setiap Hendi mulai mendekati Alula, Hendi selalu mengawalinya dengan saling transfer lagu..
---------------------------------------------------------------------------------------------- 

Bulan demi bulan Alula jalani dengan perasaan campur aduk. Alula sudah menyadari bahwa Hendi tidak menyayanginya, begitupun dengan Alula yang sejujurnya sudah tidak menyayangi Hendi. 

Tepat sehari setelah ulang tahun Alula, Alula meminta putus yang kelima kalinya. Namun lagi-lagi Hendi menolak. Setelah penolakan ini Alula baru menyadari bahwa sebenernya memang masih ada perasaannya untuk Hendi, walaupun mungkin tidak sebesar dulu. Setelah itu Alula akhirnya berjanji untuk tidak lagi meminta putus kepada Hendi, seberat apapun rintangannya. 

Namun janji hanya tinggal janji. Hendi yang tadinya berjuang sendiri untuk keutuhan hubungannya pun kini sudah tidak sanggup berjuang lagi. Yang tersisa hanyalah Alula. Hanya tinggal Alula yang kali ini gantia memperjuangkan dan bertahan untuk tidak menyudahi hubungan ini. Tapi sayang, perjuangan untuk suatu hubungan tidak akan pernah bisa jika dilakukan sendirian. Sama halnya dengan kedua pasangan ini.

“kamu kok bisa twitteran tapi ga ngehubungin aku?” tanya Alula ketus
“bbm aku off sayang” jawab Hendi, lagi-lagi santai 

Alula marah bukan kepayang. Memangnya menghubungi Alula hanya bisa lewat bbm? Itu buktinya Hendi bisa bales sms Alula? Messenger-messenger Hendi yang lain pun aktif. Tapi tak ada setitikpun niat Hendi untuk menghubungi Alula, meminta maaf pun tidak. Malah tak lama Hendi balik marah terhadap Alula.

“kamu jangan apa-apa di bawa sewot dulu kalo gatau yang sebenernya.” Kata Hendi ketus. 

Detik itu juga, baru pertama kalinya Alula sangat merasa sakit hati oleh pernyataan Hendi. Namun karena sudah janji dengan dirinya sendiri, Alula menahan diri untuk tidak melontarkan kata putus. Alula hanya diam dalam emosinya, memang lebih baik diam. 

Setelah kejadian itu Hendi tidak lagi menghubungi Alula sampai keesokan harinya. Alula yang tidak terima dengan perlakuan Hendi pun membalas dengan balik mendiamkan Hendi. Hari dimana Alula membalas mendiamkan Hendi, ternyata di hari itu juga Hendi melontarkan kata putus untuk pertama kali. Alula terkejut, sedih, lega, semua perasaan bercampur jadi satu. Tanpa pikir panjang Alula pun segera meng-iya-kan kata putus tersebut. 

Dibalik kelegaannya, Alula merasa sangat sakit hati. Sakit hati dengan perlakuan Hendi. Alula sangat yakin Hendi memang sebelumnya sudah memiliki “teman chat” baru. Hendi begitu santai meminta Alula putus. Bahkan pada saat Alula menanyakan mengenai kado yang tak kunjung Hendi kasih, Hendi menjawab juga masih santai. Tapi ternyata dibalik itu Hendi sudah merusak kadonya yang dinanti-nantikan oleh Alula. Perpisahan mereka sungguh tidak baik dan sangat tidak menyenangkan.
 --------------------------------------------------------------------------------------------- 
Beberapa hari kemudian Hendi menghubungi Alula, menanyakan kabar Ayah Alula yang saat itu sedang masuk Rumah Sakit. Alula yang menahan emosinya dan melihat itikad baik Hendi pun membalas chat dengan santai. Tapi sekali lagi, Hendi bahkan tidak menyebut kata sapaan didalam chat tersebut. Keesokannya Hendi menanyakan kabar yang sama. Suasana sudah mulai mencair. Alula memang sengaja mengajak Hendi becanda agar tidak terlalu awkward. Awalnya dari sahabat, berakhir masa gabisa jadi sahabat, pikir Alula. Feeling akan kehadiran orang ketiga masih sangat kental di hati Alula, tapi lagi-lagi Alula meredamnya. Semenjak putus, Alula tidak pernah terbersit perasaan menyesal, sedih dan sebagainya. Yang lebih mendominasi perasaannya hanyalah... lega. Lega karena semua pikiran-pikiran yang membebani itu berakhir. Meskipun sesekali terbersit perasaan, siapa perempuan itu? Tapi Alula tidak terlalu menghiraukan. Ketidak-pedulian Alula justru menggiringnya semakin jauh untuk tahu siapa wanita itu sebenarnya. Sempat terbersit satu nama, tapi Alula membantahnya dengan tegas. Tidak mungkin dia, sangat tidak mungkin, pikirnya. Mencairnya suasana antara Hendi dan Alula membuat Alula berani bertanya lebih jauh untuk menghapus rasa penasaran yang menghantuinya. “...udah jujur aja sih Hen, lagi deket sama siapalu yailah pake ditutup-tutupin sama gue doangg.” Tanya Alula santai “kaga yaampuun kaga lagi deket sama siapa-siapa gue la. Gue malah dibilang homo nih sama temen-temen kampus gue.” “wakakak emang homo sih lu kayanya. Eh tapi serius ih, sumpah demi apa lu Hen?” “Demi Allah la gue lagi ga deket sama siapa-siapa.” “kalo suka tapi ada kaaaan?” “ah percuma gue sumpah juga lo gabakal percaya” “lah kok gitu? Kalo emang pake demi Allah mah siapa sih yang ga percaya, dosa besar kan kalo boong. Udah mentok kalo sumpah pake atas nama Tuhan.” “gue lagi ga suka sama cewe manapun la. Sumpah demi Allah deh.” Mengetahui pernyataan itu, Alula tidak tahu lagi harus bagaimana menanggapinya. Semua perasaan yang selama ini menghantuinya ternyata salah. Hendi lagi ga deket sama siapa-siapa la, lagian dia bukan tipe cowok brengsek kaya gitu, bisiknya dalam hati. ---------------------------------------------------------------------------------------------- 

Beberapa hari kemudian, Alula mulai mencium kebohongan Hendi. Alula mulai mlihat gerak-gerik aneh di social media Hendi, kecurigaan Alula saat itu adalah.. Hendi dekat lagi sama cinta pertamanya!! 

Alula pasrah. 

Segala kecurigaan yang Alula simpan perlahan timbul menjadi kenyataaan. Alula marah. Marah karena merasa dibohongi, dikhianati dan sangat tidak dihargai. Tapi apa boleh buat, Alula tidak bisa berbuat apa-apa. Alula bahkan tidak bisa sedikitpun mengeluarkan air matanya. Yang ada hanyalah amarah. Amarah karena Ia benar-benar tidak menyangka, sosok seperti Hendi, yang telah ia kenal bertahun-tahun ternyata setega itu memperlakukan Alula. 

“Dasar Brengsek!“ -- cuma itu yang bisa Alula katakan dalam hati. 

Namun beberapa minggu kemudian, Alula memergoki pernyataan Hendi di dunia maya, pernyataan yang mengungkapkan bahwa Hendi sedang sedih, galau, patah hati. Alula bingung, Ia tidak merasakan apapun. Semua terasa biasa saja. Alula benar-benar sudah tidak mempedulikan Hendi saat itu setelah mengetahui Hendi mendekati mantannya tak lama setelah mereka putus. At this point, Alula feels so happy. Bukan happy karena Hendi sedih, tapi happy karena finally Alula bisa benar-benar lepas dan tidak mempedulikan Hendi sama sekali. :D 

Tapi bukan berarti Alula bisa melupakan segala rasa sakit yang diberikan oleh Hendi kepadanya. Alula tetap tidak akan pernah bisa menghilangkan rasa sakit dan rasa dengki atas pengkhianatan yang Hendi lakukan, entah sampai kapan.


--Tamat--

1 komentar: